Postingan

Kawanku Bertahun-Tahun itu Bernama Depresi

Ini sudah cukup lama sampai akhirnya aku berani cerita kepada beberapa orang, bahwa aku dalam terapi obat psikiatrik. Sebagian dari mereka tampak tidak percaya, sebagian lagi menatap heran dengan sedikit penasaran, "Berati itu sama nggak sih dengan mendekati gila?" Aku sama sekali tidak sedih, juga tidak marah dengan reaksi sebagian orang. Sebab aku yang paling tahu aku kenapa, dan merasakan bagaimana obat terapi itu bekerja. "Bisa ketergantungan nggak sih?" Tidak. Sama sekali tidak. Jadi, begini ceritaku hingga akhirnya aku harus meminum obat dengan nama "Noxetine" Aku membuat janji dengan sebuah klinik psikiatrik, dan dijadwalkan bertemu seorang dokter. Hari itu adalah hari di mana aku sudah sangat bingung dengan hidupku. Gejala yang kubingungkan semenjak aku kuliah di semester 3. Sudah lama aku menyadari bahwa sedihku ini  bertahun-tahun, dan cukup menyiksa setiap malam. Aku juga sudah lama penasaran untuk pergi ke psikiater. Tetapi baru pada ha

Ketika Waktu Berdetak, dan Kamu Harus Terus Berjalan

Gambar
Di mana ada keinginan, di situ ada jalan. Setiap kali aku merenungkan hidupku, maka aku mempercayai itu. Barangkali Malang adalah sebuah kota yang tak dapat kulupa sampai detik ini. Bukan hal yang mudah untuk tidak menyebut kota yang kutinggali selama 8 tahun itu. Yap! 8 tahun! Ini bukan waktu yang sedikit. Separo remajaku di sana, di masa SMA & kuliah, masa pembentukan lingkaran pertemanan yang kuat. Apalagi saat ayah dan ibu sudah berpulang. Jiwa ragaku ternyata 100% ada di sana, di kota itu. Dan ketika pada masanya harus kembali ke kalsel, yang notabene bukan kota masa kecil, semua ini menjadi masalah bagiku. Bahwasanya bahkan untuk mencari teman makan di luar waktu itu, aku kesusahan. Teman bertukar pikiran dan gagasan, sungguh-sungguh tak ada. Aku sempat mengalami masa di mana bahkan keluar dari kamar saja aku tak memiliki alasan. Tetapi tentu saja aku tidak berputus asa. Bagaimana caranya menemukan sebuah komunitas, dan menjaring pertemanan di sana selalu kupikir

Bararawa: Destinasi Wisata Kalsel Nan Eksotis

Gambar
Bararawa merupakan destinasi wisata Kalsel yang wajib Anda kunjungi. Asal tahu saja, keindahan sunset di pantai bisa kalah oleh pesona kawasan rawa ini. Bararawa menyuguhkan lansekap alam yang bercengkarama dengan estetika tradisional. Lansekap Bararawa yang alami (Dokumentasi WALHI Eksekutif Daerah Kalsel) Rumah Panggung dan Keluarga Kerbau Tidak perlu pikir panjang. Kapan lagi bisa melihat kearifan lokal masyarakat Kalimantan Selatan, dengan rumah-rumah panggung di atas danau rawa. Kehidupan setempat ialah sumber filosofi hidup. Sembari duduk di perahu, nikmati indahnya burung-burung air mencari makan dan keluarga kerbau berkubang lumpur. Wajah polos para kerbau yang berlarian di rawa seolah mengalahkan kemolekan gadis di pantai.  Keluarga Kerbau Berkumpul di Kubangan Lumpur, Bararawa (Dokumentasi WALHI Eksekutif Daerah Kalsel) Terbanglah Menuju Eksotika Tempat eksotis ini terletak di Bararawa, Kecamatan Peminggir, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Penerban

Hujan Bulan November

Jika pak Sapardi Djoko Damono dalam puisinya bersajak, tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni. Bagiku, tiada yang paling tabah dalam 24 tahun ini selain masa bulan November. Di bulan November ini hujan pertama jatuh setelah asap membuat sesak manusia. Penuh syukur, masyarakat bisa bernapas lega, mencium bau tanah yang dibasahi hujan. Lantas, samar-samar basah pula hatinya sebab jalanan mendadak berbau kenangan. Begitu fenomenalnya Hujan bulan Juni pak Sapardi ini. Tapi tetap saja, bagiku tak ada yang bisa mengalahi tabahnya bulan November yang kualami. Sebab pada tahun-tahun lalu, bulan Novemberlah Mama meninggalkanku dengan sejuta kenangannya, sejuta kasih sayangnya, sejuta cintanya. Hingga aku menjadi seonggok daging yang sudah buta arah, tak tahu pula ke mana melangkah. Dunia tiba-tiba saja menjadi gelap dan kakiku tak bisa bergerak. Hanya saja, bagaimana pun sulitnya berdiri, kita harus tetap bergerak entah dengan merangkak. Dan pada bulan November pula, saya tahu b

Il Postino (The Postman) – Puisi senjata

Gambar
“ Tapi kenal dia pun tidak, Nak! Seorang penyair harus mengenal seseorang untuk mengail ilham. Aku tak bisa mereka-reka sesuatu dari kehampaan. ” –Il Postino, hal. 44- Seperti biasa, aku menikmati sebuah novel dengan kesendirian. Tidak ada lagi teman untuk diajak bercerita, betapa kagumnya aku pada kata-kata. Dan begitulah. Novel ini kuhabiskan pada hari ini, tepat ketika kemarin aku kembali sedih. Juga di mana rasanya aku sudah rindu menghabiskan novel di antara tumpukan teori-teori lingkungan yang memusingkan. *Kamu Mol, pusing mulu kerjaanya. Adalah Mario Jimenez yang menentukan pilihan hidupnya, tak hendak menjadi nelayan seperti ayahnya, melainkan seorang tukang pos. Melalui pekerjaannya itulah, ia kemudian terhubung kepada satu-satunya pelanggannya, yang rupanya amat terkenal di pulau itu, seorang penyair chile yang memenangkan Noble sastra, Pablo Nerudo.   Aku sangat menikmati keteguhan Mario, juga keinginan sederhananya mengenai puisi. Tidak seperti tukang pos lain

Frankenstein - Pengetahuan di luar Kodrat

Gambar
Nama Frankenstein tentu sudah familiar. Aku sendiri tahu bahwa ada film  Frankenstein, yaitu tentang manusia buatan yang justru hasilnya menyerupai monster. Tetapi saat membaca novel aslinya, astaga. Aku salah kira. Ternyata Frankenstein itu adalah nama pembuatnya dan bukan sebaliknya. Novel ini dibuka dengan surat Walton kepada saudaranya. Dari situlah kemudian diceritakan bagaimana ia mendapati Frenkestein yang menurutnya amat menderita, sampai kemudian kisah Frenkestein sendiri diceritakan, di mana dulunya ia lahir sebagai anak dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Tiba saat dewasa, ia memiliki pengetahuan yang membuatnya dapat menciptakan makhluk dari sisa-sia tubuh orang mati. Tetapi saat makhluk itu selesai, ia justru frustasi melihat betapa menyeramkannya makhluk ciptaanya dan dia pun larimeninggalkan hasil pekerjaanya itu. Sebenarnya apa yang dilakukan Frenkestein memang jauh diluar kodrat. Maksudku sungguh tidak akan ada yang bisa melebihi kekuatan Tuhan bukan? Dan

Aku....

Gambar
Satu lagi berita mengenai penolak tambang yang dibunuh. Ini konflik agraria, tema pada proposal yang belakangan ini aku dan tim kerjakan. Oh.. rasanya berita ini sudah tak sedikit di kepalaku. Di ruang di mana sekarang aku menulis ini, ada satu file berisi kasus yang tak jauh berbeda dengan itu. Kasus terbunuhnya warga Dayak di kalsel, yang tiba-tiba saja ditembaki aparat polisi tanpa motif yang jelas. Kasus itu mengambang, tak terselesaikan sebab keluarga mengampuni saja polisi itu dengan uang damai. Tiba-tiba saja aku tersadar, bahwa aku sedang berada di sebuah dunia lain. Dunia yang biasanya hanya bisa kubaca dari kalimat novel, kini berada di depan mata kepalaku sendiri. Bahkan berada di tanganku, sebab aku bertugas untuk mengampanyekan terkait hal-hal seperti itu. Pada detik ini, kupandangi kertas-kertas yang menempel di dinding ruanganku. Di sana tergantung id card, bertulis namaku. Di bawahnya tertulis pula sebuah jabatan yang sesungguhnya aku tak pernah mau mengakuinya.