Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

Obat Rindu untuk Arah & Matahari

Teman adalah teman, tidak akan pernah menjadi kakak ataupun adik. Kakak adalah kakak, juga tak akan pernah menjadi orang tua. Dan begitulah memang dunia, setiap orang memiliki perannya masing-masing kepada sesama. Saat kita mengarungi dunia, tak akan pernah hati memungkiri siapakah orang paling berjasa dalam hidup kita? Dialah Arah dan Matahari. Kenapa Arah dan Matahari? Barangkali yang belum mengerti analogi ini, bisa membaca catatan saya sebelumnya http://www.facebook.com/notes/maulida-azizah/arah-dan-matahari/10151323561681272 Karena sejatinya orang yang paling mencintai kita adalah kedua orang tua kita. Kemarin hari, saya kebagian tausiah saat berkumpul dengan teman-teman. Tapi karena saya tidak memiliki persiapan, alias tidak tahu menahu karena sms teman saya tidak sampai kepada saya, jadilah saya bingung. Namun sebingung-bingungnya, tetaplah harus bertanggung jawab pada giliran yang sudah menerpa. Akhirnya, saya menceritakan tentang catatan yang saya tulis

Arah dan Matahari

Aku harap Tuhan akan mengampuniku. Tidak, aku bukan sedang mengeluh Tuhan. Maaf jika ini pembelaan. Aku hanya ingin mendeskripsikan apa yang kurasakan, seperti halnya kadang kudeskripsikan perasaan senang. Aku harap Tuhan mengampuniku. Tidak, aku bukan sedang mengeluh Tuhan. Tapi kutuliskan ini semata-mata untuk mengungkapkan ketertegunanku, ketersadaranku dan kemengertianku. Aku harap Tuhan akan mengampuniku akan tulisan ini, tapi aku lebih ingin diampuni jika ada ketersalahanku pada ibuku.  Pantaslah hadist ini ada. Hadist yang sudah sering kita dengar, mengenai ibu. Dari sahabat Abu Hurairah Radiyalhu‘anhu, beliau berkata : Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah, kemudian dia bertanya : " Wahai rasulullah, siapakah yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan baik?” Beliau bersabda, “Ibumu” , Orang tersebut bertanya lagi, ”kemudian siapa?” . Beliau bersabda, ”Ibumu” . Orang  tersebut bertanya lagi, ”kemudian siapa?” . Beliau bersabda, ”Ibumu” . Orang tersebut b

Judul di Ujung Skripsi

Seandainya boleh adu kreativitas pada skripsi. Waktu dijilid, boleh desain cover. Terus pake ilustrator,  layout semenarik mungkin. Tinjauan pustaka boleh kasih gambar penulis-penulisnya sekalian. Pasti seru. Tapi lupakanlah soal itu. Dulu aku suka sekali bertanya pada kakak tingkat, “Sampai mana skripsinya? Kapan Mbak/Mas seminar?” Aku kira itu pertanyaan basa basi yang bisa mengembalikan keakraban. Aku kira itu adalah bentuk perhatian. Nyatanya tidak. Kukira setelahnya akan mendapat tanda senyuman, lalu ucapan terima kasih atas perhatian. Rupanya  mereka malah pasang tampang seram, tanda gemas atas pertanyaan barusan.  Hampir saja telinga ini dijewer mereka semua, membuat gurat tanda tanya pada wajahku dan tanda kesal pada wajah mereka. Jelas aku bingung, mengapa mereka bisa segemas itu. Padahal pertanyaan itu cukup simpel dengan jawaban yang pastinya juga simpel. Hingga sampailah kujajaki semester akhir, merasakan masa seperti yang mereka rasakan. Oh, barulah kutahu jawaban dari p