Frankenstein - Pengetahuan di luar Kodrat


Nama Frankenstein tentu sudah familiar. Aku sendiri tahu bahwa ada film  Frankenstein, yaitu tentang manusia buatan yang justru hasilnya menyerupai monster. Tetapi saat membaca novel aslinya, astaga. Aku salah kira. Ternyata Frankenstein itu adalah nama pembuatnya dan bukan sebaliknya.

Novel ini dibuka dengan surat Walton kepada saudaranya. Dari situlah kemudian diceritakan bagaimana ia mendapati Frenkestein yang menurutnya amat menderita, sampai kemudian kisah Frenkestein sendiri diceritakan, di mana dulunya ia lahir sebagai anak dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Tiba saat dewasa, ia memiliki pengetahuan yang membuatnya dapat menciptakan makhluk dari sisa-sia tubuh orang mati. Tetapi saat makhluk itu selesai, ia justru frustasi melihat betapa menyeramkannya makhluk ciptaanya dan dia pun larimeninggalkan hasil pekerjaanya itu.

Sebenarnya apa yang dilakukan Frenkestein memang jauh diluar kodrat. Maksudku sungguh tidak akan ada yang bisa melebihi kekuatan Tuhan bukan? Dan barangkali kisah ini akan memberikan jawaban bagaimana manusia tidak akan pantas menciptakan manusia (selain tentunya ia tidak akan bisa).

Lihat saja apa yang terjadi saat Dr. Victor Frankestein ini menciptakan makhluk ciptaanya. Ia justru menelantarkan ciptaan yang tidak tahu apa-apa itu. Sungguh kasihan, si makhluk ini kemudian mencari cinta dalam kehidupan dan tak ada yang memberinya oleh karena rupanya yang menyerupai monster. Inilah kemudian yang membuat si monster ingin balas dendam pada penciptanya.  Dan satu persatu keluarga Frenkestein pun mati.

Mary Shelley merangkai kisah ini dan membuatku justru bersimpati dengan makhluk yang dikatakan menyeramkan itu. Dan aku begitu geregetan dengan Dr. Frakenstein. Jika saja ia mau sedikit memberikan kasih sayang pada makhluk itu, maka semua tidak akan berakhir menyedihkan tetapi jika tidak seperti itu maka kisah itu tidak akan seru. Mbuh wez.

Tetapi, Frenkestein sendiri sudah mengatakan apa yang akan disampaikan oleh novel ini. Dan inilah paragraf yang aku suka.

Ambil diriku sebagai pelajaran. Kalau bukan karena ajaranku, sekurang-kurangnya kau bisa mengambil dari pengalamanku. Sadarilah betapa berbahaya orang memiliki ilmu pengetahuan. Dan juga yakinlah betapa lebih bahagia orang menganggap kota kediamannya sebagai dunianya, daripada orang Yang ingin lebih besar dari kodratnya. (hal: 63)


Yapz. Aku sepakat. Aku pikir pengetahuan itu memang penting. Tetapi tentu ada batasan-batasan dalam mengeksplorasi pengetahuan itu. Manusia adalah manusia. Ia tak akan bisa menandingi Tuhannya. Manusia adalah manusia, dan ciptaanya tak akan sesempurna ciptaan Tuhan.

Komentar

  1. Aku suka review2mu ttg novel. Berasa kamu nulisnya dari hati. Bisa menggerakkan orang untuk ingin membaca buku tsb. Tapi review yang non fiksi, belum terasa seperti itu. Tapi gpp, tetep asik dibaca. Walopun selalu terselip tjurtjol di dalemnya. Hihi ^^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Parodi Selendang Merah

Review Buku - A Beautiful Lie

Revie Buku - Kumcer PMLH